- Di Bawah Lindungan Ka’bah
- Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
- Merantau ke Deli
- Tuan Direktur
- Terusir
- Ditepi Sungai Dajlah
- Dari Perbendaharaan Lama
- Sejarah Umat Islam
- Tafsir Al - Azhar
- Tasawuf Modern
Month: March 2024
Di tepi Danau Maninjau yang tenang dan memesona, berdiri sebuah rumah sederhana yang menyimpan kisah besar dari tokoh ulama dan sastrawan terkemuka Indonesia, Buya Hamka. Rumah ini terletak di Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dan menjadi saksi bisu kelahiran serta masa kecil Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka. Kini, rumah tersebut telah dijadikan museum dan dikenal sebagai Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka, tempat yang tak hanya menyuguhkan nuansa sejarah, tetapi juga memperkaya wawasan tentang perjuangan intelektual dan spiritual seorang tokoh bangsa.
Rumah kelahiran Buya Hamka dibangun dengan arsitektur khas Minangkabau, yaitu rumah gadang yang penuh nilai budaya. Di dalamnya tersimpan berbagai peninggalan pribadi Buya Hamka, seperti mesin tik, buku-buku tulisannya, pakaian, dan dokumentasi kehidupan beliau. Setiap sudut rumah ini menghadirkan nuansa masa lalu yang kuat, membuat pengunjung seolah diajak menyusuri jejak langkah sang ulama sejak masa kecil hingga dewasa. Dikelilingi oleh lanskap indah Danau Maninjau, tempat ini tidak hanya menyentuh sisi intelektual, tetapi juga batin setiap orang yang datang.
Buya Hamka dikenal luas sebagai seorang ulama besar, pemikir Islam yang moderat, sekaligus sastrawan yang melahirkan karya-karya sastra legendaris seperti “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” dan “Di Bawah Lindungan Ka’bah”. Pemikirannya melampaui batas zaman, dan keberaniannya dalam menyuarakan kebenaran menjadikan beliau sebagai inspirasi lintas generasi. Rumah kelahirannya di Sungai Batang kini menjadi destinasi wisata budaya dan religi yang penting di Sumatera Barat, tempat yang ideal untuk mengenal lebih dekat tokoh besar yang telah memberi warna dalam sejarah Indonesia.
Sepanjang hidupnya, Hamka telah banyak melahirkan karya, baik berupa sastra, sejarah, maupun tafsir. Beberapa karya Hamka bahkah telah di filmkan. Berikut adalah beberapa karya Hamka yang populer :
Nuansa Maninjau Resort
Nuansa Maninjau Resort adalah salah satu resort yang beralamat di Embun Pagi, Matua Mudiak, Kec. Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Resort ini berjarak kurang lebih 165 kilometer dari Kota Padang dan 23 kilometer dari Kota Bukittinggi. Kalau dari Kota Padang pengunjung bisa melewati jalur Malalak.
Resort yang di bangun di atas bukit memiliki keunikan, bangunannya terdiri dari perpaduan kayu dan batu yang membuat pengunjung merasa nyaman. Nuansa Maninjau Resort memiliki banyak fasilitas selain kamar ada cottage, tempat olahraga, restoran, spa, laundry, dan parkir yang luas dll.
Kisaran harga kamar permalam di resort ini bisa dibilang cukup terjangkau mulai dari Rp. 500.000 an. Dengan harga segitu kita sudah bisa menikmati pemandangan dan fasilitas yang ada di resort ini.
Puncak Lawang
Puncak Lawang adalah salah satu objek wisata alam yang terletak di Nagari Lawang, kec. Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Puncak Lawang menampilkan pemandangan Danau Maninjau dari ketinggian, rindangnya pohon pinus dan udara sejuk. Puncak Lawang juga diberi nama “ Negeri Di Atas Awan ” yang indah dan berlatar belakang Danau Maninjau.
Pada saat ini, Puncak Lawang menjadi salah satu destinasi wisata di Sumatera Barat. Puncak Lawang menjadi arena Kejuaraan Olahraga Paralayang Kelas Internasional karena merupakan salah satu spot terbaik di Asia Tenggara.
Pengunjung yang datang dari barat seperti Lubuk Basung atau Danau Maninjau akan melewati perjalanan mendaki bukit dengan 44 belokan yang terkenal dengan kelok 44. Sedangkan pengunjung yang datang dari Bukittinggi atau Padang Panjang akan mencapai kawasan Puncak Lawang akan melewati Desa Matur dengan perjalanan yang cukup menegangkan. ‘.
Puncak Lawang sangat cocok dijadikan tempat untuk bersantai karena berada di ketinggian dan menikmati indah nya Danau Maninjau. Selain untuk bersantai ada beberapa fasilitas yang disediakan seperti musholla, tempat bermain dan berfoto.
Destinasi wisata ini di buka setiap hari mulai dari pukul 08.00 - 18.00 WIB. Tiket masuk Puncak Lawang masih cukup terjangkau untuk hari Senin - Sabtu Rp. 20.000/orang dan hari Minggu Rp. 25.000/orang dengan harga segitu pengunjung sudah bisa menikmati pemandangan indah yang ada di Puncak Lawang
Pelabuhan Teluk Bayur
Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan terbesar dan tertua di Sumatera Barat, yang berperan penting dalam aktivitas perdagangan dan transportasi laut di wilayah ini. Terletak di sebelah selatan Kota Padang, pelabuhan ini memiliki sejarah panjang sejak masa kolonial Belanda. Awalnya dikenal sebagai Emmahaven, pelabuhan ini dibangun pada tahun 1888 dan mulai beroperasi secara resmi pada 1892 untuk mendukung ekspor hasil bumi, terutama batubara dari Ombilin, Sawahlunto.
Sebagai pelabuhan utama di Sumatera Barat, Teluk Bayur memiliki infrastruktur yang modern dan mampu melayani kapal-kapal besar untuk berbagai keperluan, seperti ekspor-impor, distribusi barang, hingga transportasi penumpang. Komoditas utama yang melalui pelabuhan ini meliputi semen, minyak kelapa sawit, karet, dan hasil pertanian lainnya. Pelabuhan ini juga dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dan terus mengalami pengembangan untuk meningkatkan kapasitas serta efisiensinya.
Selain fungsi ekonominya, Pelabuhan Teluk Bayur juga memiliki nilai wisata, terutama karena pemandangan laut yang indah dengan latar belakang perbukitan hijau. Banyak orang datang ke sekitar pelabuhan untuk menikmati pemandangan kapal-kapal yang berlalu-lalang serta menikmati suasana senja yang memukau.
Dengan peran strategis dalam perdagangan internasional serta keindahan alam di sekitarnya, Pelabuhan Teluk Bayur tidak hanya menjadi pusat logistik, tetapi juga salah satu ikon bersejarah dan kebanggaan Kota Padang.
Jembatan Siti Nurbaya
Jembatan Siti Nurbaya adalah salah satu ikon wisata Kota Padang, Sumatera Barat. Jembatan ini memiliki sejarah nilai dan budaya yang erat kaitannya dengan legenda cinta tragis Siti Nurbaya, tokoh dalam novel klasik karya Marah Rusli. Selain sebagai penghubung wilayah, jembatan ini juga menjadi destinasi wisata yang menawarkan pemandangan yang indah, terutama saat senja dan malam hari.
Jembatan Siti Nurbaya dibagun untuk menghubungkan pusat kota Padang dengan daerah seberang Padang yang terpisahkan oleh Sungai Batang Arau. Nama jembatan ini diambil dari tokoh Siti Nurbaya, seorang gadis dalam novel yang terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih dalam membayar hutang ayahnya. Padahal ia mencintai Samsul Bahri. Kisah tragis ini membuat jembatan ini semakin terkenal dan dikaitkan dengan kisah cinta yang memilukan.
Jembatan ini memiliki panjang sekitar 156 meter dan berdiri kokoh di atas Sungai Batang Arau. Pada malam hari, jembatan ini diterangi oleh lampu-lampu yang berwarna warni yang menciptakan suasana romantis. Dari atas jembatan, pengunjung dapat menikmati pemandangan kapal-kapal kecil yang berlabuh di sungai serta bangunan tua peninggalan kolonial Belanda yang menambah kesan klasik.
Jembatan ini dapat diakses dengan mudah dari pusat Kota Padang. Dari Bandara Internasional Minangkabau, perjalanan menuju jembatan ini memakan waktu sekitar 45 menit dengan kendaraan. Jembatan Siti Nurbaya bukan hanya sekedar jembatan penghubung, tetapi juga sebagai simbol budaya dan sejarah yang kaya akan cerita. Dengan pemandangan yang indah, suasana yang romantis, serta kuliner khas yang menggugah selera, jembatan ini menjadi destinasi wisata yang wajib di kunjungi saat berada di kota Padang.
Jembatan Siti Nurbaya berlokasi di Jl Kp Batu, Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia.


Pulau Pagang
Pulau Pagang adalah salah satu destinasi wisata bahari terbaik di Sumatera Barat, yang menawarkan pantai berpasir putih, air laut jernih, dan keindahan bawah laut yang memukau. Pulau ini terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, sekitar 40 menit perjalanan laut dari Kota Padang. Dengan suasana yang masih alami dan jauh dari keramaian, Pulau Pagang menjadi pilihan ideal bagi wisatawan yang mencari ketenangan serta petualangan di alam terbuka.
Daya tarik utama Pulau Pagang adalah pantainya yang bersih dengan pasir putih lembut serta air laut yang berwarna biru kehijauan. Pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas seperti berenang, snorkeling, diving, hingga bermain kayak. Keindahan bawah lautnya sangat menarik, dengan terumbu karang yang masih alami dan ikan-ikan berwarna-warni yang berenang bebas. Oleh karena itu, pulau ini menjadi salah satu spot terbaik bagi pecinta snorkeling dan diving di Sumatera Barat.
Selain wisata bahari, Pulau Pagang juga memiliki hutan kecil dengan vegetasi tropis yang bisa dijelajahi oleh wisatawan. Suasana yang tenang dan alami menjadikan pulau ini sebagai tempat yang cocok untuk bersantai, menikmati matahari terbenam, atau sekadar melepas penat dari hiruk-pikuk kota. Beberapa operator wisata juga menawarkan paket camping dan island hopping ke pulau-pulau sekitarnya, seperti Pulau Pamutusan dan Pulau Pasumpahan.
Akses ke Pulau Pagang cukup mudah. Wisatawan bisa berangkat dari Pelabuhan Bungus atau Dermaga Sungai Pisang, yang dapat ditempuh dalam waktu 1–1,5 jam perjalanan darat dari Kota Padang, lalu melanjutkan perjalanan dengan perahu selama 30–40 menit. Karena belum banyak fasilitas permanen di pulau ini, wisatawan disarankan untuk membawa perlengkapan pribadi seperti makanan, air minum, dan pakaian ganti.
Dengan keindahan alam yang masih terjaga, pantai berpasir putih, serta kehidupan bawah laut yang kaya, Pulau Pagang adalah destinasi yang sempurna bagi wisatawan yang ingin merasakan pesona bahari Sumatera Barat dalam suasana yang lebih eksklusif dan alami.