Lubang Kalam Sawahlunto

Lubang Kalam Sawahlunto

Lubang Kalam adalah salah satu situs bersejarah yang menjadi saksi bisu masa kejayaan tambang batu bara di Sawahlunto, Sumatera Barat. Terowongan ini dibangun pada masa kolonial Belanda antara tahun 1892 hingga 1894 dan dikenal sebagai terowongan kereta api terpanjang di Sumatera, dengan panjang mencapai sekitar 828 meter. Lubang Kalam merupakan bagian dari jalur pengangkutan batu bara dari tambang di Sawahlunto menuju Pelabuhan Teluk Bayur di Padang.

Pembangunan terowongan ini tidak lepas dari kisah kelam sistem kerja paksa yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ribuan pekerja paksa atau yang dikenal sebagai “orang rantai” harus bekerja dalam kondisi berat dan tidak manusiawi untuk menggali dan membangun jalur terowongan yang menembus kaki Bukit Barisan ini. Hingga kini, suasana dalam terowongan yang gelap, lembap, dan sunyi masih menyimpan nuansa mistis yang kuat, seolah menghidupkan kembali cerita-cerita masa lalu tersebut.

Di sepanjang Lubang Kalam terdapat 33 bilik kecil berbentuk oval yang dulunya digunakan sebagai tempat berlindung bagi para pekerja maupun pejalan kaki saat kereta melintas. Fungsi bilik-bilik ini menunjukkan bahwa terowongan ini tidak hanya digunakan untuk jalur kereta barang, tetapi juga melibatkan aktivitas manusia di dalamnya. Struktur asli dari terowongan masih terlihat jelas, termasuk batu bata kuno dan rel-rel kereta tua yang kini sebagian ditumbuhi semak dan ditinggali kelelawar.

Saat ini, Lubang Kalam sudah tidak lagi difungsikan sebagai jalur transportasi, namun telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan menjadi destinasi wisata sejarah yang penting di Sawahlunto. Kawasan ini menarik minat wisatawan, peneliti, hingga fotografer yang ingin menyusuri lorong waktu dan merasakan langsung atmosfer masa lalu yang masih kental terasa. Sebagai bagian dari kawasan Warisan Dunia UNESCO Tambang Batu Bara Ombilin, Lubang Kalam kini menjadi simbol penting dari sejarah perkeretaapian dan perjuangan buruh tambang di Indonesia.

Mengunjungi Lubang Kalam bukan hanya sekadar melihat terowongan tua, tapi juga memahami bagaimana sejarah membentuk wajah kota dan kehidupan masyarakatnya. Tempat ini cocok dijadikan lokasi edukasi sejarah, eksplorasi budaya, dan refleksi atas masa lalu yang penuh dinamika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *