Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau

Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau

Salah satu museum yang terkenal di Sumatera Barat adalah Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau atau disingkat PDIKM. Museum PDIKM terletak di Kelurahan Silaing Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang. Museum ini dapat diakses dari jalur utama Padang – Bukittinggi, Berjarak sekitar lebih kurang dua kilometer dari pusat kota Padang Panjang. Museum ini berisikan berbagai macam informasi dan koleksi mengenai kebudayaan Minangkabau baik berupa dokumentasi audio maupun visual.

Latar pendirian PDIKM salah satunya adalah adanya asumsi bahwa masyarakat Minangkabau tidak memiliki bukti-bukti sejarah tertulis yang baik, karena orang Minang terbiasa dengan budaya yang diturunkan secara turun temurun. Kenyataannya dokumentasi tentang Minangkabau lebih banyak ditemui diluar Minangkabau, misalnya di Museum Nasional Indonesia, Jakarta atau Museum Laiden, Belanda.

Untuk melestarikan dan mendekatkan dokumen tentang kebudayaan Minangkabau dengan orang Minangkabau itu sendiri, Bustanil Arifin, mantan Menteri Koperasi Republik Indonesia pada masa orde baru, berinisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga non-profit berupa wadah untuk menghimpun berbagai dokumen dan informasi tentang kebudayaan Minangkabau. Abdul Hamid, yang hampir sepanjang hidupnya pengabdi pendidikan di Sumatera Barat, diminta untuk menjajaki didirikannya lembaga ini, dan kemudian pada tanggal 8 Januari 1988 didirikanlah Yayasan Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (YDIKM).

Untuk pencapaian tujuannya, YDIKM mendirikan sebuah wadah yang diberi nama Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM). PDIKM sendiri bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kebudayaan Minangkabau dan mengumpulkan berbagai macam literatur dan dokumen audio visual, seperti merekam berbagai peristiwa adat dalam bentuk film dan video, merekam lagu-lagu tradisional, hingga membuat duplikat alat-alat musik tradisional.

Pada tanggal 8 Agustus 1988 dilakukan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan PDIKM di Padang Sarai, Kelurahan Silaing Bawah. Arsitekturnya mengikuti bentuk Rumah Gadang, dan diresmikan pemakaiannya pada tanggal 19 Desember 1990. Sejak itu telah terkumpul 3000 lebih dokumen lama tentang Minangkabau baik dalam bentuk reproduksi buku, naskah, kliping koran, foto maupun mikrofilm kebanyakan terbitan sebelum tahun 1945, sebagian diantaranya masih berbahasa Belanda, dan Arab Melayu.

Untuk memperdalam akses pengunjung terhadap isi dokumen yang dimiliki, PDIKM telah dilakukan upaya penerjemahan atas naskah-naskah lama yang sebagian besar berbahasa Belanda dan Arab Melayu. Sebagai upaya komunikasi dan ajang pengayaan informasi diterbitkan Buletin Triwulan Simandarang dengan Oplah 1000 eksemplar yang didistribusikan pada perguruan tinggi, peneliti, dan intelektual dalam dan luar negeri.

Seiring perjalanan waktu, atas kesepakatan Yayasan Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau dengan pemerintah Kota Padang Panjang maka pengelolaan PDIKM dialihkan dari YDIKM kepada Pemerintah Kota Padang Panjang dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata. Hal ini untuk menjamin pengelolaan yang lebih baik. Dokumen perubahan status pengelolaan ini ditandatangani pada bulan Oktober 2006 antara walikota Padang Panjang dan Anas Nafis mewakili YDIKM.

Sekarang museum PDIKM dijadikan objek wisata prioritas Kota Padang Panjang, yang mana setiap tahunnya dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara khususnya wisatawan dari Malaisya. Banyak hal menarik yang dapat dilakukan wisatawan jika berkunjung ke museum PDIKM dimana wisatawan dapat mengenal lebih dekat seputar Kebudayaan Minangkabau, serta dapat menyewa pakaian adat Minangkabau.

Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol

Nama Asli Tuangku Imam Bonjol  Muhamammad Sahab yang lahir di i Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1 Januari 1772 dan wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864. Ia merupakan seorang ulama yang berjuang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri tahun 1803-1838. Tuanku Imam Bonjol adalah pahlawan yang dikenal berjuang di Perang Padri. Perang tersebut terjadi selama 18 tahun dan meninggalkan luka bagi orang Minang dan Mandailing atau Batak pada umumnya.
Perang ini terjadi karna keinginan para kalangan pemipmin ulamadi kerajaan pagaruyung untuk menerapkan dan kerajaan  syariat islam  dengan sesuai ahlus sunah  wajammah yang berpegang teguh oleh agama. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam Harimau nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung beserta Kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam (bid’ah).

Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri(penamaan bagi kaum ulama) dengan Kaum Adat. Seiring itu di beberapa nagari dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan sampai akhirnya Kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun 1815, dan pecah pertempuran di Koto Tangah dekat Batu Sangkar

Visit Tuanku Imam Bonjol

Don't miss this amazing opportunity to enjoy our services!

4D3N Paket Tour Bukittinggi

4D3N Paket Tour Bukittinggi

4D3N PAKET TOUR BUKITTINGGI

MIN 10 PAX RP. 2.354.000/PAX

HOTEL 2* VALIDITY 20 DEC 2022

 

Day 1 : TIBA DI BUKITTINGGI – MINANGKABAU (LD)
Selamat datang di Bandara Internasional Minangkabau, setelah pengurusan bagasi menuju kendaraan yang sudah dipersiapkan. Kemudian menuju Lamun Ombak Restaurant untuk makan siang. Selanjutnya menuju Air Terjun Lembah Anai yang diyakini bisa membuat kita awet muda. Mengunjungi Minangkabau Village yang merupakan Pusat Dokumentasi Minangkabau. Mampir di Canting Buana Batik untuk melihat pembuatan batik khas Minang. Setelah itu menuju Bukittinggi, tetapi sebelumnya berhenti di Desa Pandai Sikek yang merupakan Desa penghasil Songket khas Minangkabau dan ukiran kayu. Kemudian mampir di sentral Rendang Uni Adek untuk melihat pembuatan Rendang Khas Minang. Tiba di Bukittinggi, makan malam di lokal restaurant dan check in Hotel.

Day2 : PAYAKUMBUH – BATUSANGKAR – BUKITTINGGI (BLD)
Sarapan pagi di hotel.Tour pagi ini dimulai dengan menuju Kelok 9 untuk melihat proyek fly over terbesar di Sumatera Barat. Selanjutnya mengunjungi Lembah Harau dengan pesona Air Terjun beserta Tebingnya yang indah. Makan siang di lokal restaurant. Mengunjungi Tabek Patah yang terkenal dengan keindahan alamnya. Singgah di Istana Pagaruyung yang merupakan pusat pemerintahan Minangkabau pada masa dahulunya. Mengunjungi Desa Pariangan yang merupakan desa terindah di Dunia. Kemudian menikmati Bika Talago dan sekaligus melihat pembuatannya yang unik. Mampir di Pusat oleh-oleh Ummi Aufa Hakim. Makan malam di local Restaurant. Kembali ke Hotel.

Day3 : BUKITTINGGI – MANINJAU – BUKITTINGGI (BLD)
Setelah sarapan pagi, menuju Lawang Park dan Embun Pagi via Nagari Matur. Sebelumnya melihat keindahan Nagari Sungai Landia dari ketinggian dan melihat pembuatan gula merah dimana masih menggunakan tenaga Kerbau. Kemudian menikmati keindahan Danau Maninjau dari ketinggian. Makan siang di lokal restaurant. Dilanjutkan dengan kembali ke Bukittinggi. City tour Bukittinggi dengan mengunjungi Panorama Ngarai sianok, Lobang Jepang, The Great Wall Of Koto Gadang, Jam Gadang dan free program di Pasar Atas. Kembali ke Hotel, Makan malam di lokal restaurant.

Day4 : Airport – BUKITTINGGI (B)
Sarapan pagi dan check out hotel. Free program dan dilanjutkan menuju Bandara Internasional Minangakbau dan tour selesai. Sampai berjumpa pada tour berikutnya.

Harga termasuk :
Transportasi AC
Makan sesuai program
Tiket masuk ke objek wisata
Akomodasi sesuai dengan pilihan (3 malam di Bukittinggi )
Driver Guide
Mineral water
Parkir

Harga tidak termasuk :
Keperluan pribadi seperti : bill telepon, laundry, minibar, dll.
Tips untuk Pemandu Wisata atau Sopir
Jus/ Minuman di lokal restaurant
Tiket Pesawat/Airport Tax/ Porter
PCR/ Antigen
Weekend Surcharga Rp 100.000/kamar/malam

 

SERIBU RUMAH GADANG

SERIBU RUMAH GADANG

Seribu Rumah Gadang

Kekayaan Budaya Minangkabau yang Masih Terjaga

 

                                         

Kawasan Seribu Rumah Gadang merupakan objek wisata yang merepresentasikan kampung masyarakat Minangkabau pada masa lampau, dengan ratusan Rumah Gadang Berjejer di sepanjang kawasan ini. Kawasan Seribu Rumah Gadang memiliki nama lengkap Kawasan Seribu Rumah Gadang Alam Surambi Sungai Pagu. Dahulu wilayah ini merupakan kawasan pemerintahan Kerajaan Sungai Pagu. Kawasan Seribu Rumah Gadang masih terjaga dengan baik. Lokasinya yang aesthetic membuat kawasan ini dijadikan lokasi syuting film beberapa film layar lebar.

Terdapat 174 Rumah Gadang dengan berbagai bentuk di Kawasan Seribu Rumah Gadang. Rumah Gadang di kawasan ini masih dihuni oleh penduduk setempat yang terdiri dari suku atau marga yang berbeda, seperti Malayu, Durian, Kampai, Panai, Tigo Lareh, Koto Kaciak dan Sikumbang. Keberagaman suku melambangkan bahwa Kerajaan Sungai Pagu telah menerapkan toleransi sejak masa dahulu. 

Saat ini Kawasan Seribu  Rumah Gadang dijadikan Cagar Budaya dan Pariwisata Kabupaten Solok Selatan. Kawasan Seribu Rumah Gadang dijadikan destinasi wisata budaya. Beberapa Rumah Gadang yang ada di kawasan ini dijadikan sebagai homestay untuk tempat wisatawan menginap. Tidak hanya sekedar menginap, wisatawan juga dapat mengikuti kegiatan sehari-hari pemilik rumah, termasuk belajar memasak kuliner khas seperti Pangek Pisang, dan mengikuti acara kebudayaan. Untuk menikmati keindahan Kawasan Seribu Rumah Gadang wisatawan cukup membayar Rp. 10.000 saja. Objek Wisata ini juga sudah menyediakan fasilitas untuk menunjang wisatawan. Diantaranya: Gazebo, area lahan parkir, toilet, dan toko souvenir.

Kawasan Seribu Rumah Gadang berlokasi di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Objek wisata ini dapat ditempuh selama 3,5 jam dari Kota Padang. 

 

RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA

RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA

RUMAH KELHIRAN BUN HATTA

Rumah Kelahiran Bung Hatta adalah rumah yang dibangun sebagai upaya mengenang dan memperoleh gambaran tempat Bung Hatta dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya sampi berusia 11 tahun. Selanjutnya Bung Hatta melanjutkan pendidikan menengahnya di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah di kota Padang. Rumah Kelahiran Bung Hatta ini terletak di Jalan Soekarno-Hatta No.37, Bukittinggi, Sumatra Barat.

Yayasan Pendidikan Wawasan Nusantara yang mengelola Universitas Bunga Hatta dan merenovasi rumah kelahiran Bung Hatta pada bulan September 1994. Perencanaan dan Pelaksanaan renovasi dipimpin oleh Rektor Universitas Bung Hatta. Museum ini dikelola oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Bukittinggi yang bernilai sejarah yang tinggi.

Visit Rumah Kelahiran Bung Hatta

Don't miss this amazing opportunity to enjoy our tourist attraction services!