Drs. Mohammad Hatta, atau yang akrab disapa Bung Hatta, adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah perjuangan Indonesia. Lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 12 Agustus 1902, Bung Hatta dikenal sebagai proklamator kemerdekaan bersama Ir. Soekarno dan juga Wakil Presiden pertama Republik Indonesia.
Bung Hatta berasal dari keluarga terpandang Minangkabau. Ayahnya, Muhammad Djamil, meninggal saat Hatta masih kecil, sehingga ia dibesarkan oleh ibunya, Siti Saleha. Pendidikan awalnya ditempuh di ELS (Europeesche Lagere School) di Bukittinggi, kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang. Keseriusan dalam pendidikan membawa Hatta melanjutkan studi ke Handels Hogeschool di Rotterdam, Belanda, pada tahun 1921. Di Belanda, selain menuntut ilmu, Hatta juga aktif dalam pergerakan nasional dengan menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, organisasi mahasiswa yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di kancah internasional.
Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1932, Bung Hatta langsung terlibat dalam perjuangan politik. Bersama Sutan Sjahrir, ia mendirikan Partai Pendidikan Nasional Indonesia (PPNI) yang fokus pada pendidikan politik untuk rakyat. Akibat aktivitas politiknya, Bung Hatta beberapa kali ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun, tekanan itu tidak menghentikan perjuangannya.
Pada 17 Agustus 1945, Bung Hatta bersama Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sebagai salah satu proklamator, perannya sangat penting dalam mempersiapkan momen bersejarah tersebut. Setelah kemerdekaan, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Dalam pemerintahan, Bung Hatta dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan tegas dalam memegang prinsip. Ia menjadi penyeimbang dalam dinamika politik di masa awal kemerdekaan.
Selain berjuang di bidang politik, Bung Hatta juga berkontribusi besar dalam membangun ekonomi Indonesia. Ia sangat mendukung sistem koperasi sebagai alat untuk menciptakan pemerataan ekonomi dan keadilan sosial. Karena itu, ia mendapat gelar Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta selalu menunjukkan kesederhanaan dalam kehidupannya, meskipun menduduki posisi penting di pemerintahan. Pada tahun 1945, ia menikahi Rahat Hatta, dan dari pernikahan ini mereka dikaruniai tiga anak perempuan.
Bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Jakarta dan dimakamkan di Tanah Kusir. Hingga kini, ia dikenang sebagai negarawan yang jujur, pemimpin yang sederhana, dan intelektual yang berintegritas. Rumah kelahirannya di Bukittinggi kini dijadikan museum yang menyimpan berbagai benda peninggalannya, seperti buku, dokumen, dan foto-foto, yang menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Drs. Mohammad Hatta meninggalkan warisan berharga berupa nilai-nilai perjuangan, keadilan, dan pengabdian kepada bangsa. Ia adalah contoh nyata seorang pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat di atas segalanya.